Pakar Bahasa Analisis Kalimat Krusial Ahok: Dibohongin Dibodohin

933 views

Pakar bahas bahasa Sachri Ramdhan lulusan S3 Bahasa Indonesia UPI Bandung menganalisis kalimat krusial Ahok. Sachri mengupas ungkap 'dibohongin dan dibodohin' yang diucapkan ahok di hadapan masyarakat Pulau Seribu.

A.    Transkrip ucapan Ahok di hadapan masyarakat di Pulau Seribu

“…jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu gak bisa pilih saya, ya kan dibohongin pakai surat Al Maidah 51 macem-macem itu, itu hak bapak ibu, ya. Jadi kalau bapak ibu perasaan gak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka dibodohin itu ya, gak apa-apa karena itu panggilan pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja. Jadi bapak ibu gak usah merasa gak enak. Dalam nurani engga bisa pilih Ahok.

Ga suka sama Ahok. Tapi, programnya gua kok terima, gua engga enak dong ama dia, utang budi, jangan. Kalau bapak ibu punya perasaan enggak enak, nanti mati pelan-pelan loh kena struk. Jadi engg….., bukan enggak. Ini semua hak bapak ibu sebagai warga DKI. Kebetulan saya gubernur mempunyai program ini. Ya tidak ada hubungannya dengan perasaan bapak ibu mau pilih siapa. Ya saya kira itu…” (Kutipan dari teks transkrip Youtube)

B.    Analisis terhadap dua kalimat krusial yang digunakan Ahok

I.    “…ya kan dibohongin pakai surat Al-Maidah 51 macem-macem itu…”
Kalimat ini merupakan kalimat elip berstruktur pasif. Pokok kalimat ini dihilangkan karena pokok kalimat ini sudah dianggap jelas/dimafhum oleh pembicara dan pendengar, demikian juga objek pelakunya juga dihilangkan karena objek pelakunya juga dianggap jelas/ dimafhum. Subjek kalimat ini adalah pendengar/audience sendiri, sementara objek pelakunya adalah “orang” yang termaktub dalam kalimat pertama yang berbunyi”…Jadi jangan percaya sama orang,…”

Maka kalimat pasif ini kalau disusun dalam kalimat lengkap bentuk kalimatnya: “ Ya kan bapak ibu dibohongin orang pakai Al Maidah 51 macem-macem itu…” , dan dalam bentuk kalimat aktifnya berbuyi: ”…Ya kan orang membohongi bapak ibu memakai surat Al Maidah 51 macem-macem itu…” Masalah utamanya dari ungkapan kalimat: “…ya kan dibohongin pakai surat Al Maidah 51 macem-macem itu…”
1.    Siapa, yang menurut pembicara, orang yang telah berbohong dengan menggunakan Al Maidah 51?
2.    Apa yang dimaksud pembicara dengan memberikan predikat “macem-macem” kepada surat Al Maidah 51?

II.    “…Jadi kalau bapak ibu perasaan gak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka dibodohin itu ya…”
Kalimat berikut ini merupakan kalimat elip berstruktur pengandaian sebab-akibat dan pasif. Peniadaan beberapa kata dalam kalimat ini disebabkan pemafhuman terhadap-kata-kata yang ditiadakan itu dengan penjelasan sebagai berikut:
1.    Kalimat“…Jadi kalau bapak ibu perasaan gak bisa pilih nih, …” kata yang tidak ada dalam kalimat ini adalah kata yang menyatakan kepemilikan yang dapat diungkap dalam bentuk awalan (ber-), kata kerja (mempunyai), dan klitika (-nya), dengan demikian bentuk kalimatl ugasnya dapat berbentuk:
a)    Jadi kalau bapak ibu berperasaan gak bisa pilih saya/Ahok nih….
b)    Jadi kalau bapak ibu mempunyai perasaan gak bisa pilih saya/Ahok nih…
c)    Jadi kalau bapak ibu perasaannya gak bisa pilih saya/Ahok nih…
2.    Kalimat “…karena saya takut masuk neraka dibodohin itu ya…”
Dalam kalimat ini kata “saya” adalah kata “bapak-ibu” (audience). Dengan demikian kalimat lugasnya akan berbunyi: “ …Jadi kalau bapak ibu mempunyai perasaan gak bisa pilih saya/Ahok nih, karena bapak ibu takut masuk neraka dibodohin itu ya…”

Masalah utama dari ungkapan kalimat:
“…Jadi kalau bapak ibu perasaan gak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka dibodohin itu ya…”
1.    Siapa yang membodohi bapak ibu (audience) masuk neraka?

2.    Karena jargon “neraka” adalah jargon agama, dan dalam konteks ini Ahok berbicara surah al-Maidah 51 yang domainnya agama Islam, maka ungkapan “…takut neraka dibodohin itu ya…” merujuk pada surah al-Maidah sebagai alat pembodoh.

Dari kajian dua potong kalimat ini (I dab II) terdapat dua inti pernyataan Ahok:
Pertama; Ada orang yang berbohong dan membodohi orang lainnya dengan menggunakan surah al-Maidah 51.
Kedua: Surah al-Maidah 51 dianggap macem-macem dan dianggap sebagai alat pembodoh dan alat untuk menakut-nakuti orang masuk neraka.

Oleh Sachri Ramdhan/Penulis adalah lulusan S3 Bahasa Indonesia UPI Bandung dan sekarang mengajar di UIN SDG Bandung

sumber republika.co.id

Bagikan ke:

ahok demo 4 nopember penistaan

Posting Terkait