JAKARTA (LintasRiauNews) – Di komplek parlemen di Senayan, Jakarta, sepanjang Kamis,16 Maret 2017 lalu, berlangsung tiga kegiatan yang melibatkan para wakil rakyat. Menariknya, meski agenda dan topik acara berbeda, ketiga kegiatan tersebut mengesankan adanya hubungan atau saling keterkaitan.
Pada Kamis siang, pinpinan dan anggota DPR RI menggelar diskusi yang membahas isu aktual terkait kasus korupsi E-KTP sebesar Rp 2,3 triliun, yang belakangan juga menyeret nama oknum pimpinan dan anggota parlemen.
Di tengah para wakil rakyat di DPR sedang semangat-semangatnya menepis terlibat dalam bancakan uang korupsi E-KTP MPR RI membedah buku musisi Harry Roesli 1951-2004. pada Kamis malam. Buku bertema ‘Republik Fungky’ ini dengan cover berlambang Tengkorak dan sampul berwarna hitam.
Di sisi lain dalam gedung yang sana, pimpinan DPR sebelumnya juga membuka pameran keris asal Bali dan NTB. Pameran serupa merupakan untuk kedua kalinya di gedung parlemen.
Pameran keris dan Bedah Buku ‘Berlambang Tengkorak’ Harry Roesli tersebut, walau tanpa harum dupa kemenyan atau kembang tujuh rupa, tetap saja menyemburatkan aroma mistis. Apalagi, berlangsung pada malam Jumat.
Hak Angket E-KTP
Dalam diskusi yang populer dengan sebutan Diskusi Kamisan yang berlangsung DPR RI dengan topik Korupsi E-KTP itu, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah tampil sebagai salah seorang narasumber.
Pada kesempatan itu, politisi asal PKS ini meminta supaya wewenang DPR diperkuat. Korupsi E KTP, kata dia, bisa dibuka lebih transparan dengan hak angket. Sepengetahuannya, baru dua kali menggunakan hak angket yakni dalam kasus Bank Century dan PT Pelindo.
“Dengan menggunakan hak angket semua akan lebih terbuka. Apa KPK bersih? Penyidik yang dipecat dari Mebes Polri masih saja belum mundur di KPK. Kasus pimpinan KPK di SP3 tidak dilanjutkan sampai ke pengadilan,” urai Fahri.
Pakar korupsi Yenti Ganarsih yang juga salah satu narasumber langsung merespon, “DPR kurang kuat apa lagi. Hak Angket Bank Century hanya berhenti pada Deputi Bank Indonesia Budi Mulia. Jadi, kita perlu dorong KPK agar bikin dakwaan baru buat pelaku lainnya.,” tandasnya.
Begitu juga halnya terkait dengan E KTP. Yenti mendesak KPK supaya cepat cepat membuat dakwaan baru untuk pelaku lain.
Jika lantas DPR mau diperkuat, apanya yang akan diperkuat. “Jamu”, sindir Fahri sembari tersenyum, dan menghentikan pernyataannya tanpa menjelaskan maknanya.
Menurut Keadlan
Dalam pada itu, acara bedah buku karya musisi almarhun Harry Roesli yang dibuka pimpinan MPR RI, berlangsung cukup hangat dan menarik. Acara yang digelar di Ruang Presentasi Perpustakaan Setjen MPR RI, Gedung Nusantara IV, ini juga dihadiri anggota MPR RI Fraksi PKB Krisna Mukti, Kepala Biro Humas Setjen MPR RI Siti Fauziah, Kepala Bagian Perpustakaan Setjen MPR RI Roosiah Yuniarsih, anak alm. Harry Roesli Layala Khrisna Patria, dan sekitar 50 tamu undangan mahasiswa.
Acara yang digelar di Ruang Presentasi Perpustakaan Setjen MPR RI, Gedung Nusantara IV, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta ini juga dihadiri anggota MPR RI Fraksi PKB Krisna Mukti, Kepala Biro Humas Setjen MPR RI Siti Fauziah, Kepala Bagian Perpustakaan Setjen MPR RI Roosiah Yuniarsih, anak alm. Harry Roesli Layala Khrisna Patria, dan sekitar 50 tamu undangan mahasiswa.
Dalam sambutannya, Krisna Mukti mengungkapkan rasa kagumnya kepada pribadi almarhum seniman serba bisa asal Bandung Jawa Barat Harry Roesli terutama karya-karyanya terutama karya musik yang sangat luar biasa.
Banyak generasi muda jaman sekarang, lanjut Krisna, yang tidak mengenal figur luar biasa seperti Harry Roesli. Gelar acara seperti bedah buku Harry Roesli seperti yang dilakukan Perpustakaan MPR RI sedikit banyak sangat bermanfaat buat generasi muda lebih mengenal tokoh-tokoh budaya seperti Harry Roesli.
Buku Harry Roesli yang dibahas berjudul ‘Republik Funky. Asal Usul Harry Roesli’. Buku ini adalah kumpulan tulisan almarhum di kolom asal-usul di Kompas Minggu. Gaya bahasanya sangat lugas khas seorang Harry Roesli yang ‘doyan ngabodor’.
Layala, anak almarhum menuturkan sang bapak meninggalkan buku dengan tema menuntut keadilan dalam kurun waktu 1951-2004.. Buku sebanyak 300 halaman ini bersampul warna hitam dan lambang Kepala Tengkorak.
Buku berisikan kata pengantar dari seniman Putu Wijaya. Tapi isi bukunya tanpa naskah, semua masih berupa halaman per halaman yang masih kosong putih bersih. Tak ada yang bisa dibaca.
Harry Roesli pada tahun 1973 menulis komposisi Malaria terkait dengan peristiwa Malari saat rezim orde baru baru menguat. Harry lalu diusir oleh ayahnya karena tidak mau kuliah di Fakultas Kedokteran, sampai menjadi orang jalanan di Gedung Merdeka sebelum kembali pulang ke rumahnya di jalan WR Supratman, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat.
Harry Roesli paling sering ditahan di penjara di Jalan Jawa. Saat diperiksa oleh penyidik dia selalu mengatakan ayahnya tentara pangkat jenderal. Dengan jawaban yang lugas itu. Harry sering lolos dari tahanan.
Sinyal Pameran Keris
Sementara itu, acara pameran keris berlapis emas yang digelar di gedung DPR kali ini juga tak kalah menarik dan mendatangkan rasa penasaran. Suasana beraura mistis mulai terasa sejak sebelum masuk ke arena pemeran keris yang dijual dengan harga yang dipatok mencapai puluhan juta rupiah.
Entah kebetulan, pameran keris ini bersamaan dengan momen selang setelah dibacakannya dakwaan korupsi E KTP sebesar Rp 2,3 triliun., yang alirannya diduga diterima oleh beberapa nama anggota DPR.
“Saya sempat bertanya kepada pemilik keris. Keris-keris yang dipajang dan dijual disebutkan ada Khodamnya, ada mahluk halusnya,” kata Hartoyo, pemerhati keris asal Jawa Tengah di lokasi pameran.
Dia menjelaskan khodam ini bisa berubah wujud harimau dan ular jadi jadian. Kalau bisa merawat bisa jadi pelindung diri, menundukkan orang lain agar menuruti permintaan kita. Sebaliknya jika tidak sejalan dengan pemiliknya bisa menyerang empunya sendiri jadi korban.
“Saya diberi tau ada 60 keris yang berisi khodam. Yang saat dijual masih dikunci oleh pemiliknya,” ungkap Hartoyo.
Lantas apa hubungan pemeran keris di DPR ini dengan kasus korupsi E-KTP? “Pameran keris ini seperti ingin memberi sinyal melalui simbol keris yang mana ada isinya dan yang tidak ada khodamnya. Mungkin untuk mengingatkan, anggota parlemen mesti siap-siap, karena bakal banyak yang akan terseret dalam pusaran kasus mega korupsi E-KTP ini,” kata seorang pengunjung layaknya seorang pengamat sosial.[] Erwin