Jakarta – Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada kuartal III tahun 2016 lebih rendah bila dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh cukup meyakinkan, 5,18 persen.
"Kuartal II tahun 2016, ekonomi kita tumbuh cukup tinggi. Untuk kuartal III barang kali lebih rendah. Tapi kami sudah lakukan langkah persiapan agar tidak menciptakan kondisi yang seolah menurun," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di kantornya, Senin (24/10).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal II tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia kokoh di angka 5,18 persen.
Angka ini setara dengan target pertumbuhan ekonomi secara tahunan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 sebesar 5,1 persen.
Sementara secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi semester I tahun 2016 berada di angka 5,04 persen. Pasalnya, pada kuartal I tahun 2016, pertumbuhan ekonomi sebesar 4,92 persen.
Terkait prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III yang lebih rendah daripada kuartal II, Sri Mulyani menjelaskan, pertumbuhan ekonomi global masih menjadi momok yang menghantui ekonomi nasional.
"Ekonomi global menjadi salah satu resiko yang membuat pelemahan di beberapa sektor ekonomi kita," imbuh Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Tak cukup pelemahan yang datang dari lesunya ekonomi global, anjloknya harga sejumlah komoditas juga memberi imbas bagi sektor perdagangan komoditas yang terpaksa ikut terseret turun.
Namun, Sri Mulyani mengungkapkan, lesunya perdagangan komoditas tak merata di seluruh pelosok Indonesia. Pengaruh pelemahan rupanya memberi dampak yang berbeda-beda di tiap daerah.
"Komoditas yang paling terpukul adalah komoditas yang dihasilkan daerah, seperti Kalimantan. Sementara, Sulawesi masih positif. Kemudian, Hawa dan Sumatera masih sama," jelas perempuan yang juga menduduki Menkeu di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Untuk harga komoditas yang belum bergairah, pemerintah memastikan akan melakukan indentifikasi sektor usaha untuk menjamin proses intermediasi yang dapat dilakukan lembaga keuangan bank hingga pasar modal.
"Pasar modal masih memiliki minat, baik di domestik atau luar untuk menghasilkan dana untuk ekspansi perusahaan. Itu yang kami lakukan untuk antisipasi kuartal III dan kuartal IV," terang Sri Mulyani.
Ia memastikan, hal ini telah disepakati dan akan dikejar melalui sinergi pemerintah dengan Bank Indonesia (BI) secara konsisten.
Untuk diketahui, sampai akhir tahun, pemerintah mengejar target pertumbuhan ekonomi di angka 5,1 persen. Angka ini telah dipangkas pemerintah. Pasalnya, pada APBN 2016, pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai angka 5,2 persen di akhir tahun.
cnnindonesiacom