Indonesia, Palestina, dan OKI

1048 views
KONFERENSI Tingkat Tinggi Luar Biasa (KTT-LB) ke-5 Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jakarta bakal digelar 6-7 Maret 2016 mendatang. Indonesia pun didapuk menjadi tuan rumah.

Mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, penyelenggaraan KTT-LB OKI di Jakarta bukanlah merupakan inisiatif dari pemerintah Indonesia.

Penyelenggaraan tersebut, kata Menteri Retno, merupakan inisitif langsung dari Palestina dan didukung oleh negara-negara anggota OKI lainnya. 
Menurut Retno, KTT-LB OKI ini nantinya akan menghasilkan sebuah deklarasi kesepakatan mengenai langkah-langka apa saja yang akan disikapi dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di Palestina. ‎

Ia mencontohkan beberapa hal yang akan dibahas, yaitu mengenai upaya memperkuat sumber daya di Palestina dengan memberikan berbagai pelatihan-pelatihan bagi masyarakat Palestina. 

Termasuk seperti yang telah Pemerintah RI lakukan, yaitu memberikan pelatihan, bagi para diplomat Palestina.

Sebelumnya, Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi mengatakan pemerintahnya berharap KTT Luar Biasa OKI dapat menghasilkan langkah kongkret penyelesaian masalah Palestina.

“Pemerintah Indonesia telah menunjukkan kepemimpinan dalam menyerukan upaya internasional untuk mencari pemecahan masalah di Palestina dan Yerusalem. Kami menunggu pertemuan semua pemimpin negara-negara Muslim itu terlaksana,” kata Dubes Fariz Mehdawi dalam wawancara khusus, Jumat (19/2/2016).

Ia berharap KTT itu setidaknya dapat menentukan tiga langkah konkret untuk mengatasi masalah utama Palestina yakni dapat menentukan langkah menekan Israel agar melakukan kewajibannya dan berkomitmen menemukan solusi damai didasarkan pada Resolusi PBB dan hukum internasional, menemukan langkah konkret dalam penetapan perbatasan Israel-Palestina, dan menekankan perlunya langkah konkret mengembalikan rakyat Palestina yang berada di luar wilayah Palestina akibat pendudukan ilegal oleh Israel untuk kembali ke tanah mereka.

Fariz Mehdawi menyebutkan wilayah-wilayah yang dinginkan Palestina menjadi bagian negaranya adalah Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina. ‎

Pengamat Timur Tengah dan jurnalis senior Trias Kuncahyono mengatakan, Indonesia bisa memainkan peranan penting melalui Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang akan dihelat di Jakarta pada 6-7 Maret.

Trias menyebut Indonesia bisa menjadi pemersatu kedua faksi besar yang masih bertikai di dalam Palestina, yakni Fatah dan Hamas.

Sejak memenangkan pemilihan umum pada Januari 2006 lalu, faksi Hamas dan Fatah justru lebih fokus untuk memperebutkan kekuasaan.

Dalam sejarah di Timur Tengah, negara yang sudah kompak sekalipun sulit untuk mengalahkan Israel. Sementara, Palestina harus terus memperjuangkan hak atas wilayahnya yang selama ini diduduki oleh Israel secara sepihak.

Dia juga menjelaskan, Indonesia bisa berperan mengingatkan dunia agar kembali fokus kepada isu Palestina. Sebab, isu tersebut selama ini tertutup dengan konflik lain yang terjadi di Timur Tengah seperti peperangan di Suriah dan pengungsi Suriah yang membanjiri benua Eropa.

Diharapkan dengan menyatukan suara dari 56 negara anggota OKI, maka ada kesatuan sikap terkait isu tersebut sehingga dianggap kuat.

Jika Palestina sudah bersatu, maka mereka bisa fokus untuk kembali membicarakan perdamaian dengan Israel. Menurut Trias, ada lima isu utama yang selama ini belum disepakati antara Israel dengan Palestina, yakni status kota Yerusalem, pengungsi, perbatasan, keamanan, dan akses air.

Trias mengatakan jika Indonesia ingin ikut terlibat dalam pembicaraan damai antara Palestina dengan Israel, maka tidak bisa hanya menjalin komunikasi dengan satu pihak saja. Sementara, ketika berkomunikasi dengan warga Israel kemudian Indonesia memilih jalur tidak langsung melalui negara sekutu Israel.

Jika KTT ini sukses, menurutnya, maka peran Indonesia di dunia internasional akan naik. Ke depan jika ada KTT luar biasa lainnya yang diselenggarakan di Indonesia akan menjadi perhatian dunia.

Melihat kondisi yang ada, kita berharap agar dalam KTT-LB OKI ini akan ada satu pemahaman dunia internasional tentang Palestina, melalui kesepakatan-kesepakatan yang memuat sejumlah rencana aksi penyelesaian isu Palestina. Serta ke depan persoalan yang terjadi di Palestina bisa terselesaikan, dan Indonesia harus menjadi motor terdepan. ***

*) Amril Jambak, peneliti Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI). 
Bagikan ke:

Posting Terkait