Katakan tidak Pada Vaksin Palsu

617 views
BEREDARNYA vaksin palsu disekitar kita tentu menjadi salah satu momok menakutkan bagi tumbuh kembang buah hati, terlebih dampak dari vaksin tersebut yang amat berbahaya bagi kesehatan tubuh sang anak, berdalih ingin anak semakin kebal terhadap penyakit, yang didapat malah ancaman bagi kesehatannya.

Dengan adanya fakta bahwa vaksin palsu telah beredar sejak 2003 tentu memberikan berbagai polemik bagi masyarakat, kecemasan akan kondisi kesehatan sang anak yang dalam kurun waktu 2003-2016 melakukan vaksinasi mendorong timbulnya amarah bagi para konsumen.

Kekecewaan publik terhadap adanya vaksin palsu ditumpahkan kepada pihak pemerintah yang dianggap tidak becus dalam memperhatikan kesejahteraan masyarakat yang dalam kasus ini, yaitu kesehatan.

Namun, perlu diketahui bahwa “kecolongan” ini sejatinya dapat dihindarkan dengan cara mengetahui vaksin yang asli dan tepat bagi sang buah hati, karena tidak dapat dipungkiri juga ketidakpekaan kita terhadap penggunaan vaksin turut membantu distributor illegal dengan mudah melakukan aksinya.

Fakta di lapangan mengatakan, kebanyakan orangtua tidak mengetahui bagaimana proses dari vaksinasi tersebut, para orang tua seakan “menyerahkan” si anak kepada suster ataupun dokter yang bertugas dengan hanya menyebutkan jenis manfaat dari vaksin yang diinginkan seperti, “dok, anak saya tolong di vaksin campak/tetanus/polio”, kemudian para orang tua langsung menyelesaikan proses administrasinya.

Alangkah beruntungnya kita bahwa masih terdapat beberapa orang yang “peka” akan permasalahan tersebut, dengan adanya kecurigaan salah satu orang tua pasien, perederan dan penggunaan vaksin palsu dapat diketahui, coba bayangkan apabila hal tersebut tidak terjadi…?, bisa jadi penggunaan vaksin palsu masih terus berjalan hingga waktu yang tidak ditentukan, bahayanya yaitu kesehatan dan tumbuh kembang si kecil dapat terancam mulai dari demam hingga kematian.

Dengan begitu, ketidaktauan akan segala sesuatu yang selalu kita lakukan bukanlah hal yang umum lagi, sudah saatnya untuk kita berubah dengan langkah kecil yaitu “peduli”. Peduli akan segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan kita, dalam kaitannya disini yaitu kita perlu memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan vaksinasi.

Berikut akan dijelaskan beberapa fakta mengenai vaksin ataupun vaksinasi. Pertama, adalah bagaimana cara membedakan vaksin asli dan vaksin palsu, tentunya cara yang paling akurat untuk membedakannya yaitu dengan melakukan serangkaian tes termasuk uji laboratorium yang mungkin hanya dapat dilakukan oleh para produsen ataupun lembaga dan pihak yang berwenang, namun terdapat beberapa cara sederhana yang dapat kita lakukan untuk mengetahui perbedaan dari vaksin asli dan vaksin palsu yaitu antara lain, pertaman, kemasan yang lebih kasar dan warnanya yang berbeda
Kemasan vaksin palsu akan terasa lebih kasar dan warna vial (segel) akan berbeda dengan kemasan yang asli. Alangkah baiknya untuk memeriksa kemasannya sebelum si kecil melakukan vaksinasi.

Kedua, menggunakan identitas palsu. Setiap produk obat memiliki identitas khusus berupa nomor lot yang merupakan kode produksi dari vaksin tersebut, meliputi tanggal pembuatan dan kadaluarsanya. Identitas ini dapat dilihat melalui kemasan primer yang berada pada botol ataupun pada kemasan sekunder yang berada pada dus, leaflet ataupun brosur. Apabila terdapat perbedaan maka kemungkinan besar vaksin tersebut adalah vaksin palsu.

Ketiga, warna larutan tidak bening. Vaksin asli biasanya akan berwarna bening dan terbebas dari kotoran, sehingga apabila warna vaksin yang akan digunakan terlihat keruh atau kusam, maka patut dicurigai kelayakan dari vaksin tersebut.

Pada pembahasan kedua akan meliputi jenis-jenis imunisasi yang wajib diberikan kepada anak dibawah lima tahun (Balita) beserta jadwal pemberiannya, antara lain, vaksin hepatitis B. Virus yang biasanya menyerang organ hati ini termasuk penyakit menular yang berbahaya. Untuk jadwal imunisasi vaksin hepatitis B pada bayi sebaiknya dilakukan dalam kurun waktu 12 -24 jam setelah kelahirannya, kemudian vaksinasi ini harus dilakukan kembali ketika bayi genap berusia 1 dan 6 bulan. Adapun efek samping dari vaksinasi ini yaitu demam dan kelelahan.

Selanjutnya, vaksin polio, Polio adalah salah satu jenis virus yang dapat menyebabkan kelumpuhan, jadwal pemberian imunisasi polio dilakukan saat bayi baru dilahirkan kemudian dilakukan kembali saat bayi berusia 2,4, dan 6 bulan. Selain itu perlu diberikan juga vaksin booster untuk lebih memperkuat sistem kekebalan tubuh anak terhadap serangan virus polio yaitu pada usia 1,5-2 tahun dan terakhir saat berusia 5 tahun. Adapun efek sampingnya yaitu demam dan kehilangan nafsu makan.

Vaksin BCG (Bacille Calmette Guerin). Vaksinasi ini dilakukan untuk mencegah penyakit menular tuberkulosis/TBC. Jadwal imunisasi BCG hanya dilakukan 1 kali yaitu dalam rentang usia 0-2 bulan, apabila sudah terlewat waktu tersebut, vaksinasi hanya boleh dilakukan ketika bayi memasuki usia 3 bulan dan sebelumnya perlu dilakukan uji tuberculin untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri penyebab TBC dalam tubuh bayi.

Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus). Vaksinasi ini dilakukan untuk mencegah penyakit difteri (penyakit dalam), batuk rejan, dan tetanus. Jadwal dari imunisasi ini dilakukan sebanyak 5 kali pada saat bayi berusia 2, 4, 6 bulan, 1, 2, 5, dan terakhir pada umur 12 tahun.

Vaksin Campak. Vaksinasi ini dilakukan untuk mencegah penyakit campak yang muncul dengan gejala demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan ruam. Jadwal imunisasi dilakukan pada saat bayi berusia 9 bulan, 2 tahun, dan terakhir pada usia 6 tahun, apabila ketiga waktu tersebut terlewat, imunisasi dapat dilakukan dengan vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) yaitu jenis vaksin kombinasi antara campak biasa, gondokan, dan campak Jerman pada usia 15 bulan, dan dilakukan kembali pada umur 6 tahun.
   
Pembahasan di atas merupakan pengetahuan umum yang wajib diketahui oleh para orang tua agar penggunaan vaksin palsu tidak terulang kembali, serta orang tua tidak perlu cemas untuk memberikan imunisasi kepada anaknya.

Imunisasi amatlah penting bagi perkembangan metabolisme si kecil agar tidak mudah jatuh sakit. Maka dari itu, alangkah baiknya untuk kita tidak perlu menyalahkan siapapun atas adanya “peristiwa” vaksin palsu melainkan saling membahu untuk menuju kesejahteraan yang lebih baik, tidak perlu menyalahkan orang lain, cukup diawali dengan diri sendiri untuk Indonsesia yang lebih baik. Salam Kesehatan. ***

*) Aninditha Noer, Pengamat Kesehatan Nasional
Bagikan ke:

Posting Terkait